Pandemi membuat orang bosan di rumah terlebih anak-anak sekolah biar tidak banyak main keluar rumah mereka di belikan console oleh orang tuanya, tak heran harga console ketika pandemi naik dengan pesat.
Setahun berjalan, pandemi belum usai dan masyarakat sudah tak perduli maka tak heran tanah abang kembali penuh, pemudik rame menerabas penyekatan padahal covid itu nyata bukan rekayasa. Pihak penegak hukum hanya bisa pasrah, toh mereka sebenarnya juga sudah bosan. Apalagi menghadapi kerumunan banyak orang, dari skala kecil hingga skala besar dari demo, pilkada, hajatan, hingga pasar-pasar dan penyekatan.
Logikanya nyawa petugas inilah yang menjadi sasaran virus garda terdepan semoga mereka memang kebal terhadap penyakit, jangan sengaja dijadikan tumbal atas tak kepedulian banyak orang untuk berkerumun. Oke, kita tinggalkan saja hal itu dan masuk kepada inti pembahasan yaitu dimasa pandemi yang belum usai, dan larangan mudik untuk membunuh rasa jenuh ada yang mengalihkannya dengan bermain game.
Siapa sih yang tak suka dengan game arcade? Semua orang akan merasa asyik bila sedang dalam permainan, terlebih game saat ini lebih modern semuanya serba digital dan dimanjakan dengan grafis yang terbaik. Tidak usah saling bertemu di dunia nyata, game saat ini menyediakan sarana online bisa mabar sama siapapun dan dimanapun.
Namun ketika Playstation 5 rilis untuk regional Indonesia dengan harga Rp 8,8 jutaan di januari lalu dan tanpa disk Rp 7,3 jutaan. Membuat kaum mendang mending pun menghitung ulang anggaran belanja, apakah downgrade saja membeli PS 4 yang angkanya sudah turun di angka Rp 5 jutaan untuk yang second menyentuh Rp 3 jutaan atau rakit PC sekalian!!
Biaya rakit PC memang bisa dibilang dananya tidak menentu, apalagi untuk PC kelas atas yang memakai vga RTX bisa dikategorikan saat ini sedang langka, hasilnya harga vganya saja sudah bisa bikin lemes kantong. Maka kita tinggalkan spek PC kelas tersebut.
Lantas beralih ke PC low end namun masih bagus untuk mengejar grafis PS4 yang sudah bagus bahkan bisa juga memainkan game PS 5 walau mungkin akan ngos-ngosan kalau di setting high.
Kita ambil budget termurah dari PS 4 second dengan PC second di harga Rp 3 jutaan, untuk PS 4 yang dijual biasanya jenis Fat dan slim megapack promo namun second sedangkan spesifikasi PC memakai chip set AMD sebagai berikut, AMD A8-7650k (10 core), RAM 8 GB, VGA R7 Series 2 GB, PSU 500 watt, dan lengkap dari mouse hingga LCD hanya dibandrol Rp 3 jutaan. Game yang dilahap pun sudah sekelas PS 4, bahkan grafisnya bisa mencapai PS 5 tapi ngos-ngosan frame sering drop bila harus main resolusi high tidak bisa mengejar 60 fps karena PS 5 disematkan fitur ray-tracing, resolusi 4K bahkan 8K, refresh rate 120 Hz hingga 120 fps, dll.
Sedangkan untuk rakitan PC dengan harga seperti PS 5 di angka Rp 7 jutaan, spesifikasinya seperti gambar dibawah ini,
Apakah sanggup bermain FIFA 21 dengan grafis PS 5? Sanggup, namun tidak berjalan di performa terbaik. Karena engine PS 5 dimana Motherboardnya terdiri dari RAM 16 GB GDDR6 yang disusun dalam delapan model yang mengelilingi SoC-nya, yang terdiri dari CPU AMD Ryzen Zen 2 dan GPU AMD RDNA 2 tentu memiliki engine untuk sanggup melahap game 8 tahun kedepan.
Bila ingin spek PC sesuai dengan PS 5, tentu harganya tak sebanding antara built up PC dan console, jelas built up PC dengan AMD series Ryzen ini adalah series AMD Ryzen 7 3700X harganya sendiri tembus di Rp 5 jutaan, belum GPU dengan AMD Radeon RX 5700 disini harganya bikin sakit kepala tembus Rp 10 jutaan, dua komponen itu saja sudah berada diangka Rp 15 jutaan, belum motherboard, belum RAM, belum Hardisk, Belum layar monitor, keyboard dan mouse yang bagus kalau mau diikuti spek lengkap bisa tembus di Rp 40 jutaan.
Bagaimana nih kaum mendang mending, masih bilang kalau untuk main game daripada beli playstation 5 mending rakit PC sudah paket komplit?
